Post Top Ad

Minggu, 13 Agustus 2017

untukmu (1)




Malam ini aku ingin mengenangmu melalui tulisan ini. Semoga tulisan ini bermakna, meski tanpa irama. Aku harap kamu membacanya, walau  hanya sekali saja. Meski kini, dunia kita berbeda…
Aku ingat, tidak, foto itu memberiku ingatan tentang sosok mu. Sayang, memoriku belum permanen saat itu. tergambar dalam foto itu, sesosok laki-laki kurus dengan wajah tampan sedang menggendong bayi kecil mungil, yang pastinya adalah aku. Bayi itu tertawa, sepertinya ia bahagia berada dalam genndonganmu. Mereka bilang, kamu sangat menyayangiku, aku percaya itu. sungguh. Aku sangat percaya itu. katanya, setiap pulang sekolah kamu langsung menggendongku, mengajakku bermain, dan mengajakku berkeliling disekitar rumah. Mereka bilang, kamu juga seringkali menyisihkan uang jajan mu yang tak seberapa hanya untuk membelikan ku mainan, atau makanan ringan. Aku tahu itu pasti benar, meski aku tak dapat mengingatnya.
(meski bukan foto ini yang ku maksud, tapi aku terlihat imut disana. Kamu juga, kok. H e h e)

Ketika umurku menginjak 5 tahun, aku mulai jarang melihatmu. Sepertinya kamu sibuk, sepertinya kamu telah memiliki dunia yang asyik untuk kamu telusuri. seringkali aku hanya mendengar suaramu berpamitan di lorong rumah saat hari masih terlalu dini. Kadang, aku  melihatmu tertidur lelap di kamar, atau sedang makan dengan lahap di meja makan. Oiya, aku ingat, kamu pernah marah karena aku ganggu saat kamu sedang makan. Saat itu umurku 4 atau 5 tahun, mungkin. Aku mengingat jelas ekspresimu yang menyeramkan. sejak itu, aku tak berani banyak berbicara dengan mu. Kita menjadi sekedarnya. Aku sangat merindukanmu,
-
-
-
Sudah lama sekali aku tak melihatmu, ternyata sekarang penampilanmu berubah banyak. Tiba-tiba saja kamu menjadi tinggi, suaramu menjadi berat, dan… rambutmu merah menyala, hahahaha. Jujur itu tidak cocok untukmu. Hanya satu hal yang tidak berubah, kamu tetap kurus, dan tetap tampan. Eh dua ya berarti, bukan satu hahaha. Sejujurnya, aku tak banyak mengingatmu pada periode ini. Ya, memang ingatanku seburuk itu. yang aku ingat, adalah saat kamu mengajakku untuk menjemput kakakmu di terminal Boyolali. Aku terkesima. Kamu, mengajakku. Namun bahagiaku luntur bersama gemetar lututku. Kamu tahu, kamu adalah pengendara motor paling mematikan yang pernah memboncengiku. Rasanya aku bisa mati ketakutan saat itu jika aku tidak memelukmu. Tubuhmu ternyata masih kurus seperti dulu, hal yang aku sadari saat itu. setelah hari itu, aku selalu mengkhawatirkanmu. Mengetahui cara mengendaraimu, aku selalu khawatir bagaimana jika kamu tergelincir, bagaimana jika, jika, dan jika. Setiap melihatmu pergi dengan motor pretelanmu itu, sebenarnya, aku ingin menghentikan lajumu, aku ingin melihatmu lebih lama, aku ingin kamu menemaniku dirumah saja. Tapi aku tahu, ada hal yang amat kamu cintai diluar sana. Aku iri dengan dia, aku iri dengan kegiatan apalah namanya itu, motor tril (?). aku sebal, lagi-lagi kamu berurusan dengan sesuatu yang beresiko. Jadi yang bisa kulakukan pada akhirnya hanya berdoa dalam hatiku, meminta kepada Tuhan untuk selalu menjagamu.
Tahun berganti, saat itu aku kelas 3 sd. Aku kangen mbah, mba putri, dan tentunya kamu. jadi untuk liburan semester ini kuputuskan untuk pulang kampung. Nyatanya, sama. Kamu pergi. Kamu jarang menetap dirumah atau mengajakku mengobrol. Tapi, aneh juga rasanya, kamu pasti bingung memilih topik untuk diobrolkan dengan anak seusiaku. Sesuatu yang kamu cinta, Motor tril, aku tidak mengerti. Aku tahu, untuk menyapaku dan sekedar menanyakan pertanyaan ringan seperti “kamu sudah makan?” adalah hal yang biasa untukmu. Tapi bagiku, itu adalah pertanyaan yang ingin ku jawab dengan segudang cerita lain yang ingin ku bicarakan denganmu. Tapi tetap saja rasa canggung ini membunuhku, dan melenyapkan semua kata – kata yang sudah kususun rapih dalam kepalaku.
Hingga suatu hari, di siang yang terik, dengan tiba-tiba kamu datang dan mengajakku berenang. Jangan tanya perasaanku. Rasanya aku seperti kembali ke enam tahun yang lalu, kamu menjadi hangat kembali dalam hatiku. Kali inipun kamu tidak mengendarai motor dengan kecepatan cahaya, kamu mengendarainya dengan santai, menikmati perjalanan dan banyak bercerita tentang hal-hal ringan, seperti tentang tukang mie ayam di tikungan jalan yang sangat kamu sukai, tentang jalanan yang aku tidak tahu, tapi kamu bilang kamu selalu beli bensin disitu sampai penjualnya hafal denganmu. Aku tahu, tidak hanya penjual bensin itu pasti yang hafal denganmu. Sepertinya semua orang di kota inipun mengenalmu, mengingat kamu adalah orang yang sangat ramah dan hangat. Kamu bersahabat. Hari ini menjadi hari yang tak terlupakan untukku. Mengingat bagaimana kamu menjagaku di kolam renang, bagaimana kamu tertawa saat kamu menjahiliku. Kamu, bisa membuat orang nyaman dengan cara yang sederhana. Kamu senang membuat orang yang kamu sayangi senang. Kamu menyayangiku. Sangat. Aku yakin itu.
06.07 / by / 0 Comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar