Malam ini aku ingin
mengenangmu melalui tulisan ini. Semoga tulisan ini bermakna, meski tanpa
irama. Aku harap kamu membacanya, walau hanya
sekali saja. Meski kini, dunia kita berbeda…
Aku ingat, tidak, foto itu
memberiku ingatan tentang sosok mu. Sayang, memoriku belum permanen saat itu.
tergambar dalam foto itu, sesosok laki-laki kurus dengan wajah tampan sedang menggendong
bayi kecil mungil, yang pastinya adalah aku. Bayi itu tertawa, sepertinya ia
bahagia berada dalam genndonganmu. Mereka bilang, kamu sangat menyayangiku, aku
percaya itu. sungguh. Aku sangat percaya itu. katanya, setiap pulang sekolah
kamu langsung menggendongku, mengajakku bermain, dan mengajakku berkeliling
disekitar rumah. Mereka bilang, kamu juga seringkali menyisihkan uang jajan mu yang
tak seberapa hanya untuk membelikan ku mainan, atau makanan ringan. Aku tahu
itu pasti benar, meski aku tak dapat mengingatnya.
(meski bukan foto
ini yang ku maksud, tapi aku terlihat imut disana. Kamu juga, kok. H e h e)
Ketika umurku menginjak 5
tahun, aku mulai jarang melihatmu. Sepertinya kamu sibuk, sepertinya kamu telah
memiliki dunia yang asyik untuk kamu telusuri. seringkali aku hanya mendengar
suaramu berpamitan di lorong rumah saat hari masih terlalu dini. Kadang,
aku melihatmu tertidur lelap di kamar,
atau sedang makan dengan lahap di meja makan. Oiya, aku ingat, kamu pernah
marah karena aku ganggu saat kamu sedang makan. Saat itu umurku 4 atau 5 tahun,
mungkin. Aku mengingat jelas ekspresimu yang menyeramkan. sejak itu, aku tak
berani banyak berbicara dengan mu. Kita menjadi sekedarnya. Aku sangat
merindukanmu,
-
-
-
Sudah lama sekali aku tak
melihatmu, ternyata sekarang penampilanmu berubah banyak. Tiba-tiba saja kamu
menjadi tinggi, suaramu menjadi berat, dan… rambutmu merah menyala, hahahaha.
Jujur itu tidak cocok untukmu. Hanya satu hal yang tidak berubah, kamu tetap
kurus, dan tetap tampan. Eh dua ya berarti, bukan satu hahaha. Sejujurnya, aku
tak banyak mengingatmu pada periode ini. Ya, memang ingatanku seburuk itu. yang
aku ingat, adalah saat kamu mengajakku untuk menjemput kakakmu di terminal
Boyolali. Aku terkesima. Kamu, mengajakku. Namun bahagiaku luntur bersama
gemetar lututku. Kamu tahu, kamu adalah pengendara motor paling mematikan yang
pernah memboncengiku. Rasanya aku bisa mati ketakutan saat itu jika aku tidak
memelukmu. Tubuhmu ternyata masih kurus seperti dulu, hal yang aku sadari saat
itu. setelah hari itu, aku selalu mengkhawatirkanmu. Mengetahui cara
mengendaraimu, aku selalu khawatir bagaimana jika kamu tergelincir, bagaimana
jika, jika, dan jika. Setiap melihatmu pergi dengan motor pretelanmu itu, sebenarnya,
aku ingin menghentikan lajumu, aku ingin melihatmu lebih lama, aku ingin kamu
menemaniku dirumah saja. Tapi aku tahu, ada hal yang amat kamu cintai diluar
sana. Aku iri dengan dia, aku iri dengan kegiatan apalah namanya itu, motor
tril (?). aku sebal, lagi-lagi kamu berurusan dengan sesuatu yang beresiko. Jadi
yang bisa kulakukan pada akhirnya hanya berdoa dalam hatiku, meminta kepada
Tuhan untuk selalu menjagamu.
Tahun berganti, saat itu
aku kelas 3 sd. Aku kangen mbah, mba putri, dan tentunya kamu. jadi untuk
liburan semester ini kuputuskan untuk pulang kampung. Nyatanya, sama. Kamu
pergi. Kamu jarang menetap dirumah atau mengajakku mengobrol. Tapi, aneh juga
rasanya, kamu pasti bingung memilih topik untuk diobrolkan dengan anak
seusiaku. Sesuatu yang kamu cinta, Motor tril, aku tidak mengerti. Aku tahu,
untuk menyapaku dan sekedar menanyakan pertanyaan ringan seperti “kamu sudah
makan?” adalah hal yang biasa untukmu. Tapi bagiku, itu adalah pertanyaan yang
ingin ku jawab dengan segudang cerita lain yang ingin ku bicarakan denganmu.
Tapi tetap saja rasa canggung ini membunuhku, dan melenyapkan semua kata – kata
yang sudah kususun rapih dalam kepalaku.
Hingga suatu hari, di siang
yang terik, dengan tiba-tiba kamu datang dan mengajakku berenang. Jangan tanya
perasaanku. Rasanya aku seperti kembali ke enam tahun yang lalu, kamu menjadi
hangat kembali dalam hatiku. Kali inipun kamu tidak mengendarai motor dengan
kecepatan cahaya, kamu mengendarainya dengan santai, menikmati perjalanan dan
banyak bercerita tentang hal-hal ringan, seperti tentang tukang mie ayam di
tikungan jalan yang sangat kamu sukai, tentang jalanan yang aku tidak tahu,
tapi kamu bilang kamu selalu beli bensin disitu sampai penjualnya hafal
denganmu. Aku tahu, tidak hanya penjual bensin itu pasti yang hafal denganmu.
Sepertinya semua orang di kota inipun mengenalmu, mengingat kamu adalah orang
yang sangat ramah dan hangat. Kamu bersahabat. Hari ini menjadi hari yang tak
terlupakan untukku. Mengingat bagaimana kamu menjagaku di kolam renang,
bagaimana kamu tertawa saat kamu menjahiliku. Kamu, bisa membuat orang nyaman
dengan cara yang sederhana. Kamu senang membuat orang yang kamu sayangi senang.
Kamu menyayangiku. Sangat. Aku yakin itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar