Post Top Ad

Jumat, 04 Oktober 2019

LAKON



di sebuah peron, seorang anak menanti kiamat.
Beriak meminta teh manis hangat
Perutnya buncit tanpa hasrat
Jiwanya sekarat,

berteduhkan matahari yang setia membuatnya legam
Tangisnya sunyi diantara malam
Dengan mata yang tak pernah benar-benar mengucap salam
Pada semesta yang temaram,
Seraya nenilik dan mencibirnya hingga diam

di baringkan bersama nisan yang diselimuti hitam


Masih di sebuah peron,
Ia dibisiki.
“kau hanyalah lakon.”


09.24 / by / 0 Comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar