Post Top Ad

Sabtu, 08 Desember 2018

teman baru (4)


Hari ini—setelah 5 hari alfa, akhirnya dia muncul lagi di bumi. Bukan dirumahku, melainkan di UI!!!!! Aku curiga dia mendaratkan piring terbangnya di rotunda, wah bisa gatswat ini.

“aku naik tayo, tapi yg variannya kuning.”

Wait, what?!

“tayo??”
“iya.. hey tayo, hei tayo, diiia bis kecil ramah… hm.. lupa lanjutannya apa..”
“melaju, melompat.. gak tau lagi. hmm bis kuning kali ya maksudmu..”
“oh itu namanya bis kuning, agak biasa banget ya namanya. Cuman diambil dari warnanya aja.”
“…………………..”
“eh duduk di pinggir danau yuk”
“ayuk!”

.
.
.
Jadi, ternyata selama lima hari ini dia memang menjelajah bumi. Dia cari tau sana sini tentang apa yang bisa dipelajari. Dia bahkan sekarang tau, kepiting kalo dipotong jadi kepotong, terus dia tau kalo artis Rano Karno adalah artis yang diajak lari gak mau, diajak naik mobil juga gak mau. Sial, jangan-jangan dia lima hari ini main sama citra. Hm.. aku curiga.
Tapi yang paling bikin aku tercengang adalah, dia bilang

“aku kuatir sama keberlangsungan hidup kalian, para manusia.”
“kenapa gituh?”
“soalnya kalian gak bisa menjaga bumi dengan baik. bumi yang digambarkan oleh buyut dari buyutnya buyutku jauh berbeda dengan keadaan bumi saat ini.”
“lho, apakah buyut dari buyutnya buyutmu aseli org bumi?"
" enggak sih, tapi kayaknya pernah mampir."
" ohhh, gitu. iya, memang. Yaa begitulah. Disini semua orang fokus beradu untuk mengejar satu hal yang sama.”
“wah, apa itu?”
“uang.”
“oh, aku tau itu. aku pernah dengar dari abang tukang somay di Belgia, katanya ‘kita ini tak bisa hidup tanpa uang’ ketika aku mau membayar somaynya dengan baut dari piring terbangku, karena aku tak punya benda itu.”
“terus abangnya mau?”
“dia cuma suruh aku memuntahkan lagi somaynya.”
"terus?"
"aku kabur,"
“turut sedih ya,”
“oiya, aku lihat pohon yang hijau itu semakin jarang, berbeda sekali dengan gambar yang dimiliki buyut dari buyutnya buyutku.”
"memang,"
“oiya, kemarin aku juga mengobrol dengan lumba-lumba di daerah laut lepas pasifik saat dia baru saja pulang dari upacara pemakaman tetua penyu disana yang mati diserang musuh."
"musuh? hiu?"
"bukannnn... Mereka bilang sekarang ini penduduk laut tengah menghadapi serangan besar-besaran oleh makhluk bernama plastik. Kamu tau itu apa? Karena katanya, keganasannya melebihi hiu putih si raja laut.”
“hm………….. iya. Itu. hm….. sampah.”
“maksudnya?”

Lalu aku mengajaknya ke Balsem a.k.a Takor (kantin FISIP UI), dan memesan segelas es teh tarik dengan gelas plastik. Tak lupa juga aku pungut plastik kresek bekas yang berserak.

“ini plastik. Kalau ini sudah tidak terpakai akan menjadi sampah, dan dapat berujung ke laut. Benda ini sulit dihancurkan.”
“woww, berarti kalian jangan pakai benda itu lagi. harus dimusnahkan”
“memang mudah berbicara, tapi sulit untuk merubah pola pikir milyaran manusia."
“kamu bisa mulai dari diri sendiri." 
" tapi, benda ini memang penting. belum tergantikan.”
"ya setidaknya mengurangi untuk memakai benda itu.”
"harus?"
"ini pesan warga laut. kamu tega melihat mereka mati sia2? ketahuilah, mereka juga sama seperti kalian. mereka adalah orang tua dari seorang anak, anak dari seorang bapak atau ibu, kakek, nenek, mereka juga berharga untuk keluarga mereka. bukan hanya kalian, manusia."
"baik, tapi.. kenapa kamu peduli?"
"karena......"
"???"
"ini penting bagiku"

selalu. akhir dari perbincangan ini akan menyisakan pertanyaan-pertanyaan besar untukku. maksudku, hellow? apa mungkin aku sudah gila dan berkhayal tentangnya? tapi semua terasa sungguh nyata. dia ada.

"kamu suka dipanggil apa?"
"apa?"
"nama."
"seperti?"
"aku. Yuchan. dia silmi. yang itu devi. yang pendek citra. dan yang satu itu, ririn."
"hm..."
"oke, Bambang."
“kenapa?”
“karena aku suka.”
“oke, aku harap itu memang cocok untukku.”

Tentu saja.
07.28 / by / 0 Comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar